Senin, November 22, 2010 Edit This 0 Comments »
MK Pengantar Transport

SUSTAINABLE TRANSPOTATION

BAB I

PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan zaman maka kebutuhan manusia akan meningkat pula, seperti kebutuhan akan bersosialisasi dengan manusia lain. Terkadang sosialisasi antar manusia dapat terwujud dengan menempuh perjalanan dari lokasi seseorang ke lokasi orang yang dituju, perjalanan ini memerlukan alat perhubungan yang disebut alat transportasi. Transportasi dapat menciptakan pergerakan lalu lintas menjadi lebih cepat, aman, nyaman, dan terintegrasi. Namun peningkatan jumlah lalu lintas akan berpengaruh terhadap kemacetan lalu lintas, yang mana berdampak pada bertambahnya biaya dan waktu perjalanan di dalam suatu sistem lalu lintas tersebut. Kemacetan lalu lintas juga dapat terjadi karena pemilihan sistem transportasi yang salah untuk wilayah kota tersebut.

Transportasi atau perangkutan ialah perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin (Sukarto, 2006). Sebagai akibat dari kebutuhan pergerakan manusia dan barang,maka timbul adanya tuntutan dalam penyediaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang keberlangsungan transpotasi tersebut. Penemuan alat transportasi ditandai dengan penemuan roda dan perahu sungai pada tahun 3500 SM, lalu mulai digunakan alat transportasi berupa hewan yaitu kuda. Kemudian pada tahun 181-234 terdapat penemuan gerobak yang berfungsi sebagai alat bantu untuk meringankan beban manusia untuk membawa barang. Penemuan sepatu kuda, teori terbang oleh Leonardo da Vinci, penemuan kapal selam oleh Cornelis Drebbel, hingga sistem bis pertama yang ditarik oleh kuda merupakan tolak ukur dari sejarah transportasi. Perkembangan transportasi yang paling signifikan ditandai dengan ditemukannya mesin uap pada saat revolusi industri. Munculnya berbagai macam transportasi memiliki pengaruh positif dan negatif tersendiri bagi pembangunan kota.

Dampak positif dari berkembangnya transportasi adalah semakin berkembang transportasi di suatu kota atau wilayah, maka wilayah tersebut akan ikut berkembang dari segala aspek. Adanya alat-alat transportasi sepert mobil, sepeda motor, bus, dan alat transportasi lainnya membantu dalam aktvitas manusia dalam berpergian. Transportasi dapat mempersingkat waktu perjalanan seseorang dari tempat asal ke tempat tujuan, sehingga efisiensi waktu dapat tercapai. Selain itu, transportasi memberikan dampak positif berupa perluasan jaringan jalan yang berdampak pada perluasan kota atau penyebarannya. Sedangkan dampak negatif yang muncul dari berkembangnya transportasi adalah munculnya emisi-emisi gas buangan dari kendaraan bermotor yang mana sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Peningkatan kuantitas dari jumlah kendaraan yang pesat mengakibatkan kemacetan di sepanjang jalan-jalan arteri maupun jalan kolektor di kota-kota besar, kemacetan yang terjadi dapat merugikan banyak pihak yang memiliki kepentingan tertentu. Banyaknya kendaraan pribadi mengakibatkan kendaraan angkutan umum yang dapat melayani seluruh lapisan masyarakat menjadi kurang diperhatikan oleh pemerintah, baik dalam segi kualitas maupun kuantitasnya.

Perkembangan transportasi secara tidak langsung mempengaruhi kualitas suatu lingkungan. Pengaruh kualitas lingkungan terhadap terjadinya outdoor activities secara umum mendasari penciptaan area pejalan kaki (pedestrian). Pedestrian ini harusnya memberikan kenyamanan bagi para pejalan kaki, namun kenyataannya kini semakin pesatnya perkembangan transportasi mengakibatkan karakter lingkungan kota berubah bukan lagi untuk diperuntukan bagi pejalan kaki melainkan untuk lalu lintas kendaraan bermotor. Selain gas buangan dari kendaraan bermotor yang dapat mengganggu kenyamanan pejalan kaki, kebisingan yang dihasilkan kendaraan itu pun menyebabkan ketidaknyamanan pada pejalan kaki. Hal ini didukung pula dengan minimnya tanaman-tanaman di pinggir jalan yang berfungsi sebagai pereduksi dari gas-gas buangan yang berbahaya seperti gas karbon monoksida dari kendaraan bermotor.

Di Indonesia, umumnya di kota-kota besar transportasi melalui darat atau jalan merupakan moda transportasi yang paling dominan dibandingakan moda transportasi lain seperti moda transportasi melalui air dan udara. Apabila dilihat dari jenis kendaraanya, kendaraan pribadi bersifat lebih dominan dibandingkan kendaraan angkutan umum. Untuk terwujudnya lalu lintas yang bebas dari kemacetan, aman, nyaman, dan menjangkau wilayah daratan maka dibutuhkan manajemen transportasi yang antara lain meliputi pengembangan moda transportasi, bahan bakar yang digunakan, pengaturan serta pembinaan terhadap kendaraan bermotor dan kendaraan angkutan umum, dan contoh manajemen lainnya. Permasalahan transportasi yang paling utama terletak di kota-kota besar seperti di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Kota-kota besar tersebut merupakan contoh dari pusat dari aktivitas-aktivitas masyarakat dan hal ini pasti didukung dengan pergerakan trasnportasi yang tinggi di dalamnya. Cepat atau lambat pergerakan transportasi yang tinggi ini akan membawa dampak negatif seperti kemacetan lalu lintas, oleh karena itu perlu diterapkan sistem transportasi yang baik khususnya di kota-kota besar.

Permasalahan-permasalahan yang timbul dari berkembangnya transportasi, menimbulkan ide-ide baru untuk menciptakan sistem transportasi yang ramah lingkungan. Inovasi dan perkembangan dalam perbaikan sistem transportasi di negara-negara berkembang telah dilakukan, baik di sektor biaya transportasi maupun di bidang upaya peningkatan efisiensi transportasi. Mengutip pernyataan dari Ir. Danang Parikesit, bahwa pelibatan swasta dalam penyediaan infrastruktur dan layanan transportasi merupakan area kajian yang diperdalam. Kerjasama pemerintah dan swasta akan memberikan kesempatam sektor swasta mendukung pemerintah yang kekurangan dana untuk membangun infrastruktur yang penuh risiko.

Oleh karena itu muncul adanya konsep mengenai sustainable transportation atau transportasi yang berkelanjutan. Sustainable transportation menekankan pada perbaikan dari permasalahan sistem transportasi, kebijakan transportasi, dan teknologinya. Hal ini bertujuan untuk efisiensi dari pergerakan barang dan jasa, serta untuk sistem perangkutan dan pengiriman yang berkelanjutan. (Urban Enviromental Management, Sustainable Transportation). Dengan kata lain, transportasi berkelanjutan adalah pengembangan transportasi yang melihat ke masa depan berdasarkan jangka panjang yang komperehensif dan berwawasan lingkungan. Konsep ini menekankan pada pengoptimalan aksesibilitas pada masyarakat dalam pengoptimalan penggunaan transportasi umum dan peningkatan sarana bagi pejalan kaki. Selain itu, dampak lingkungan menjadi konsentrasi pada konsep ini, hal ini dikarenakan lingkungan merupakan tempat berlangsungnya kegiatan transportasi. Sehingga apabila lingkungan rusak, maka kegiatan transporatasi akan terhambat. Di Indonesia, penerapan konsep transportasi berkelanjutan telah dilakukan yaitu dengan adanya moda transportasi berupa busway. Busway merupakan salah satu bentuk transport supply BRT (Buss Rapid Transit) yang memiliki jalur khusus dalam operasionalnya dan rute serta jam tertentu. Penerapan busway di Indonesia hanya berlangsung di DKI Jakarta, hal ini menimbang karena Jakarta merupakan pusat kota dengan segala pusat aktivitas di dalamnya. Keberadaan busway pun dirasakan oleh masyarakat sebagai hal yang positif bagi akses transportasi, karena fungsi busway yang mempersingkat waktu perjalanan menjadi berperan vital. Seharusnya keberadaan busway tidak hanya untuk wilayah Jakarta, namun untuk kota-kota besar lainnya seperti Surabaya dan Bandung.

Contoh lain dari transportasi berkelanjutan di luar negeri yang berhasil ialah di Negara Bogota. Di Bogota juga menerapkan angkutan umum sejenis bus yang disebut dengan Transmilenio. Moda transportasi ini dinilai memiliki keuntungan yang banyak, yaitu dapat mengangkut penumpang dalam jumlah yang banyak, biaya perjalanan yang murah, serta dengan adanya bus seperti ini dapat mengurangi kesenjangan sosial. Dikatakan bahwa dapat mengurangi kesenjangan sosial karena segala lapisan masyarakat dapat menggunakan moda transportasi ini.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Terminologi Transportasi

Transportasi memiliki beberapa definisi, seperti menurut Steebrink (1974) transportasi ialah perpindahan orang atau barang menggunakan kendaraan dan atau lainnya, diantara tempat-tempat yang terpisah secara geografis. Sedangkan menurut Morlock (1978) transportasi didefinisikan lebih sederhana, yaitu pemindahan atau pengangkutan sesuatu dari suatu tempat ke tempat lain. Definisi transportasi dipaparkan pula oleh Papacostas (1987), yaitu suatu sistem yang terdiri dari fasilitas tetap (fixed facilities) atau prasarana, besaran arus (flow entities) atau sarana, dan sistem pemngendalian (control system) yang memungkinkan orang atau barang dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain secara efisien setiap waktu untuk mendukung aktivitas manusia. Pengertian transportasi dengan kata lain ialah perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digunakan oleh tenaga manusia, hewan, atau mesin. Perpindahan tersebut melalui jalur perpindahan yaitu prasarana alami, seperti jalur udara, sungai, dan laut, maupun prasarana yang berupa man made, contohnya jalan raya, jalan rel, dan pipa. Objek yang diangkut dapat berupa orang maupun barang, alat / sarana angkutan yang berupa kendaraan, pesawat, kapal, kereta, dan pipa, serta dengan sistem pengaturan dan kendali tertentu yaitu manajemen lalu lintas, sistem operasi, maupun prosedur perangkutan.

Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan (trip) antara asal (origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan orang dan barang anatara dua tempat kegiatan yang terpisah untuk melakukan kegiatan perorangan atau kelompok dalam masyarakat. Perjalanan dilakukan melalui suatu lintasan tertentu yang menghubungkan asal dan tujuan, menggunakan alat angkut atau kendaraan dengan kecepatan tertentu. Jadi perjalanan adalah proses perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain (Sukarto, 2006).

Terdapat lima unsur yang merupakan pokok-pokok dari transportasi, yaitu manusia, barang, kendaraan, jalan, dan organisasi. Manusia dalam hal ini dikatakan sebagai unsur utama karena manusialah yang membutuhkan adanya transportsi tersebut, sedangkan barang merupakan sesuatu yang diperlukan manusia. Kendaraan sebagai sarana, jalan sebagai prasarananya, dan organisasi sebagai pengelola transportasi. Kelima unsur transportasi ini saling berkaitan satu sama lain, sehingga memiliki kepentingan yang sama. Hal ini diwujudkan dengan terjaminnya penumpang atau barang yang diangkut akan sampai ke tempat tujuan dalam keadaan baik seperti pada saat awal diangkut (Sukarto, 2006).

Moda transportasi berdasarkan jenis modanya terbagi menjadi 3, yaitu transportasi darat, transportasi sungai, dan transportasi udara. Transportasi darat seperti kendaraan bermotor, kereta api, gerobak yang ditarik oleh hewan (kuda, sapi, kerbau), atau manusia. Moda transportasi darat dipilih berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Jenis dan spesifikasi kendaraan;

b. Jarak perjalanan;

c. Tujuan perjalanan;

d. Ketersediaan moda;

e. Ukuran kota dan kerapatan permukiman; dan

f. Faktor sosial-ekonomi.

Pada transportasi air, digunakan jalur sungai, danau, dan laut, serta dengan alat transportasi berupa kapal, tongkang, perahu, dan rakit. Sedangkan pada transportasi udara digunakan pesawat terbang sebagai alat transportasinya. Transportasi udara dapat menjangkau tempat-tempat yang tidak dapat ditempuh dengan moda darat atau laut, di samping mampu bergerak lebih cepat dan mempunyai lintasan yang lurus, serta praktis bebas hambatan.

Secara garis besar, transportasi dapat diklasifikasikan sebagi suatu sistem dengan 3 komponen utama yang saling mempengaruhi. Ketiga komponen tersebut antara lain (Budi, Setiya, 2002):

1. Sub sistem tata guna lahan

Sub sistem ini mengamati penggunaan lahan tempat aktivitas-aktivitas masyarakat dilakukan.

2. Sub sistem penyediaan prasarana transportsi (transportasi supply)

Sub sistem ini merupakan penyediaan penghubung fisik antara tata guna lahan dan manusia pelaku aktivitas dalam masyarakat.

3. Lalu lintas

Lalu lintas merupakan akibat langsung dari interaksi anatar tata guna lahan dan penyediaan prasaran transportasi yang berupa pergerakan barang dan jasa.

Sedangkan secara keseluruhan tahap dalam perencanaan transportasi dilaksanakan dalam 4 tahap, antara lain (Budi, Setiya, 2002):

1. Bangkitan Perjalanan (Trip Generation), hal ini bertujuan untuk mengestimasi jumlah perjalanan dari atau menuju tempat tertentu pada waktu tertentu;

2. Distribusi Perjalanan (Trip Distributiori), distribusi ini bertujuan untuk mengkalibrasi persamaan-persamaan berdaasrkan proyeksi pertumbuhan suatu daerah, hambatan perjalanan, frekuensi pergerakan yang melewati hambatan, sehingga akan didapat persamaan yang akurat.

3. Pemilihan Moda (Moda Choice), model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui proporsi perjalanan yang akan menggunakan suatu jenis moda yang satu dengan moda yang lain.

4. Pelimpahan Rute (Network Assigment), model pelimpah rute bertujuan untuk memprediksi pemilihan rute perjalanan yang akan digunakan.

B. Fungsi Transportasi

Transportasi diperlukan untuk mengatasi kesenjangan jarak dan komunikasi antara tempat asal dan tempat tujuan. Oleh karena itu dikembangakan sistem transportasi dan komunikasi, dalam wujud sarana (kendaraan) dan prasarana (jalan). Awal timbulnya jasa angkutan untuk memenuhi kebutuhan transportasi dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini dapat disimpulkan bahwa transportasi dan tata guna lahan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.

Transportasi memiliki peranan penting dalam usaha mencapai tujuan pengembangan ekonomi dalam suatu bangsa. Adapun tujuan pengembangan ekonomi yang dapat diperankan oleh jasa trasnportasi ialah:

1. Meningkatkan pendapatan nasional, disertai dengan distribusi yang merata antara penduduk bidang usaha dan daerah;

2. Meningkatkan jenis dan jumlah barang jadi dan jasa yang dapat dihasilkan para konsumen industri dan pemerintah;

3. Mengembangkan industri nasional yang dapat menghasilkan devisa dengan mensupply pasar dalam negeri; dan

4. Menciptakan dan memelihara tingkatan kesempatan kerja bagi masyarakat.

Ada peranan transprtasi dalam kegiatan non ekonomis yaitu sebagai sarana mempertinggi integritas bangsa, transportasi menciptakan dan menigkatkan standar kehidupan masyarakat secara menyeluruh, memepertinggi ketahan nasional bangsa Indonesia (Hankamnas) dan menciptakan pembangunan nasional.

Fungsi lain transportasi ialah untuk mengangkut penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain. Kebutuhan akan angkutan penumpang tergantung fungsi bagi kegunaan seseorang (personal place utility). Peranan transportasi tidak hanya untuk melancarkan barang atau mobilitas manusia. Transportasi juga membantu tercapainya pengalokasian sumber-sumber ekonomi secara optimal.transportasi berfungsi sebagai sektor penunjang pembangunan (the promoting sector) dan pemberi jasa (the servicing sector) bagi perkembangan ekonomi.

C. Manfaat Transportasi

Dalam transprotasi terdapat beberapa manfaat, diantaranya yaitu manfaat sosial, ekonomi, politik, dan fisik.

1. Manfaat Sosial

Transportasi yang merupakan salah satu alat terpenting untuk mencapai standar kehidupan yang tinggi. Dalam kehidupan sosial / bermasyarakat terdapat bentuk-bentuk hubungan yang bersifat resmi, seperti hubungan antara lembaga pemerintah dengan swasta, maupun hubungan yang bersifat tidak resmi, seperti hubungan keluarga, sahabat, dan sebagainya. Untuk kepentingan hubungan sosial ini, transportasi sangat membantu dalam menyediakan berbagai fasilitas dan kemudahan, seperti:

· Pelayanan untuk perorangan maupun kelompok;

· Pertukaran dan penyampaian informasi;

· Perjalanan pribadi maupun sosial;

· Mempersingkat waktu tempuh antara rumah dan tempat bekerja; dan

· Mendukung perluasan kota atau penyebaran penduduk menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil.

Transportasi bisa disebut juga sebagi pergerakan, pergerakan ini terjadi karena adanya proses pemenuhan akan kebutuhan. Kebutuhan manusia tidak hanya terpenuhi di dalam satu wilayah, akan tetapi kebutuhan tersebut tersebar di segala wilayah. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa diperlukan adanya pergerakan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan. Transportasi merupakan penghubung utama antara dua daerah yang sedang berinteraksi dalam pembangunan. Tanpa adanya jaringan transportasi tidak mungkin pembangunan dapat diperkenalkan ke luar daerah. Jalan merupakan akses transportasi dari suatu wilayah menuju ke wilayah.

2. Manfaat Ekonomi

Transportasi merupakan salah satu dari jenis kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan manusia, yaitu dengan cara mengubah letak geografi orang maupun barang. Adanya transportasi dapat mempermudah dalam perpindahan suatu barang dari satu tempat ke tempat yang lain, contohnya pengangkutan suatu barang oleh produsen ke pasar untuk dijual kepada konsumen. Para konsumen yang akan membeli barang tersebut pula membutuhkan sarana transportasi untuk mencapai ke lokasi barang yang akan dibelinya.

Kegiatan ekonomi masyarakat memliki kaitan yang erat kepada produksi, distribusi, dan pertukaran kekayaan. Kegiatan tersebut memtuhkan moda transportasi yang dapat membawa barang tersebut ke darah tujuan. Distribusi barang karena adaya transportasi akan berdampak pada beberapa hal, diantaranya yaitu:

· Terjadi transaksi penjual dan pembeli;

· Persediaan barang antar daerah dapat disamakan;

· Harga barang antar daerah dapat disamakan;

· Spesialisasi dalam kegiatan ekonomi dapat dibedakan; dan

· Timbul komunikasi dalam pertukaran barang antar masyarakat.

Manfaat lain transportasi terhadap ekonomi ialah faktor ekonomi dari produksi barang dan jasa. Beberapa manfaatnya ialah:

· Memeberikan ‘nilai tambah’ pada aktivitas ekonomi;

· Memfasilitasi economies of scale;

· Mempengaruhi harga lahan; dan

· Mempengaruhi spesialisasi wilayah.

3. Manfaat Politik

Transportasi merupakan faktor vital dari perekonomian nasiona, karena transportasi penentu dalam meningkatkan, membangun, dan membentuk perekonomian nasional. Beberapa manfaat politik dari transportasi ialah:

· Transportasi menciptakan persatuan nasional yang semakin kuat dengan meniadakan isolasi;

· Transportasi mengakibatkan pelayanan kepada masyrakat dapat dikembangkan atau diperluas secara lebih merata pada setiap bagian wilayah negara;

· Keamanan negara sangat bergantung pada transportasi yang efisien untuk memudahkan mobilisasi kemampuan dan ketahuan nasional, serta memungkinkan perpindahan pasukan selama masa perang atau untuk menjaga keaamanan dalam negeri; dan

· Sistem transportasi yang efiesien memungkinkan perpindahan penduduk dari daerah bencana.

4. Manfaat Fisik

Transportasi mendukung perkembangan kota dan wilayah sebagai sarana penghubung. Rencana tata guna lahan kota harus didukung secara langsung oleh rencana pola jaringan jalan yang merupakan rincian tata guna lahan yang direncanakan. Pola jaringan jalan yang baik akan mempengaruhi perkembangan kota yang direncanakan sesuai dengan rencana tata guna lahan. Ini berarti transportasi mendukung penuh perkembangan fisik suatu kota atau wilayah.

Dengan meningkatnya urbanisasi, jumlah penduduk di perkotaan bertambah, yang berarti penggunaan kendaraan bermotor bertambah, dan berakibat dengan kemacetan lalu lintas, sehingga perlu dibangun lebih banyak jalan. Akibat meningkatnya jumlah penduduk di perkotaan, maka luas kota berkembang, sehingga jarak perjalanan juga bertambah. Smeed (1967) mengatakan, bahwa jarak perjalanan rata-rata berbanding lurus dengan akar kuadrat dari luas kota. Apabila jumlah orang yang melakukan perjalanan meningkat 100 kali, maka luas jalan yang dibutuhkan untuk tiap orang akan meningkat kira-kira 12 kali. Jadi dengan bertumbuhnya kota, diperlukan pula pembangunan lebih banyak jalan untuk kendaraan bermotor. Namun demikian harus ada batasannya, karena tidak mungkin semua lahan harus dijadikan jalan, di samping bertambah banyaknya kendaraan di jalan ditambah dengan kemacetan yang terjadi, akan meningkatkan kebisingan dan pencemaran udara akibat gas buang kendaraan bermotor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia.

D. Elemen Dasar Transportasi

Elemen dasar transportasi terdiri dari empat elemen dasar, yaitu link, mode, node, dan mangement and human resources. Kendaraan memiliki jenis yang sangat beragam, mulai dari sepeda, bus, mobil, truk, kereta, kapal, dan yang lainnya. Sama halnya dengan jaringan jalan, jaringan jalan terbagi menjadi highway, guideway, dan right of way.

Dalam suatu sistem transportasi pasti memiliki kontrol, namun kontrol ini menurut jenisnya terbagi menjadi dua yaitu antara kontrol terhadap sistem dan kontrol terhadap kendaraan. Kontrol terhadap sistem dapat dilihat dari sinyal dan tanda-tanda, serta dari radar. Sedangkan kontrol terhadap kendaraan dapat dilihat dari cara menyetir, kecepatan, dan remnya. Teknologi gerak atau teknis suatu kendaraan bergerak dapat dinilai dari aspek yang contohnya seperti kapal yang dinilai dari kemampuannya kapal ini mengapung, lalu kereta dinilai dari roda besinya tetap berada pada rel besi, automobil dapat dinilai dari karet ban pada permukaan yang memproduksi gesekan, kemudian untuk pesawat udara dinilai dari ukuran sayap pesawat sehingga dapat mengangkat.

Tempat-tempat yang merupakan tempat singgah untuk kendaraan yang parkir. Oleh karena itu fasilitas pelengkap dari transportasi sangat diperlukan. Tempat-tempat tersebut seperti terminal (tempat singgah bis), pelabuhan untuk kapal-kapal penumpang, adapula pelabuhan untuk kapal-kapal barang, bandara untuk pesawat udara, halte, dan tempat parkir umum.

Orang yang melakukan transportasi umumnya melalui darat (highway), rel (rail), udara (air), dan air (water). Orang-orang yang melakukan perjalanan di darat dapat diklasifikasikan bahwa orang tersebut tidak berkendara (non-motorized) seperti jalan kali maupun bersepeda masuk dalam klasifikasi ini. Klasifikasi lain adalah orang tersebut mengendarai mobil, sepeda motor, dan ada pula bus. Bus dalam hal ini terbagi menjadi 2 jenis, yaitu bus dalam kota dan bus antar kota, bus antar kota termasuk dalam kendaraan dengan jenis sistem transit. Orang-orang yang melakukan transportasi dengan menggunakan jalur rel, dapat dikatakan orang tersebut naik light rail trolley atau bisa juga orang tersebut naik heavy rail subway, dapat pula orang tersebut melakukan perjalanan dengan AMTRAK. Untuk perjalanan dengan light rail trolley dan heavy rail subway memberlakukan sistem transit. Perjalanan melalui udara dapat dilakukan melalui pesawat udara (general aviation), commercial carriers, dan air taxi. Sedangkan perjalanan air dapat dilakukan melalui kapal penumpang (water taxi) dan ferries.

Setiap pergerakan dari bagan tersebut membutuhkan transportasi. Seperti pada suber daya yang akan dibawa ke lokasi produksi, perjalanan tersebut pasti memerlukan transportasi untuk mencapai lokasi produksi itu. Sedangkan dari lokasi produksi, barang yang sudah jadi dan siap untuk dijual akan di distribusikan ke pasar. Pasar yang dituju bisa jadi tidak hanya satu, pendistribusian barang jadi dapat dilakukan ke pasar-pasar yang berbeda lokasi. Sehingga alat transportasi yang digunakan tidak hanya satu. Setelah barang sampai ke pasar, maka orang-orang mulai mencari barang yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Perjalanan konsumen dari tempat asal menuju pasar, pasti membutuhkan transportasi pula.

E. Permasalahan Transportasi Perkotaan

Permasalahan utama yang ditimbulkan transportsi ialah adanya pencemaran lingkungan, apalagi pencemaran lingkungan ini berasal dari lalu lintas kendaraan bermotor seperti pencemaran udara, kebisingan, dan getaran. Adanya trasnportasi dalam bentuk lalu lintas kendaraan bermotor dapat menyebabkan terjadinya kemacetan (traffic congestion), kecelakaan (traffic accident), pencemaran udara (air pollution), dan kebisingan (traffic noise).

Pencemaran udara adalah hadirnya di dalam atmosfer / udara luar, satu atau lebih kontaminan (bahan pencemar) udara, atau kombinasinya dalam jumlah cdan waktu sedemikian yang cenderung melukai / menyakiti manusia, tanaman, hewan, atau benda milik manusia (Poernomosidhi, 1995). Pencemaran udara yang terjadi di perkotaan berasal dari kendaraan bermotor yang berhenti dan mulai berjalan memliki pengaruh yang sangat besar dalam emisi gas-gas hidrokarbon dan karbon monoksida. Hal ini umumnya terjadi di jalan-jalan arteri kota. Pencemaran udara di perkotaan pada umumnya berhubungan dengan pembangunan dari kegiatan-kegiatan di sektor transportasi dan industri, meskipun sektor perdagangan dan permukiman tetap memberikan kontribusi yang cukup besar pula.

Bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki, atau tenaga getaran yang tidak terkendali. Umumnya ada tiga sumber kebisingan (Poernomosidhi, 1995):

a. Kebisingan lalu lintas / transportasi

b. Kebisingan pekerjaan atau industri

c. Kebisingan penduduk / permukiman

Pada umumnya kecepatan kendaraan yang lebih tinggi akan menghasilkan tingkat kebisingan yang lebih tinggi pula, dan permukaan jalan yang makin kasar juga akan menghasilkan kebisingan yang makin tinggi. Bunyi yang paling keras ditimbulkan di daerah persimpangan, hal tersebut dikarenakan adanya kendaraan yang berhenti atau mengerem, serta kendaraan yang mulai berjalan.

Permasalahan lain yang timbul karena transportasi di perkotaan ialah kurangnya atau pengalihan fungsi trotoar (pedestrians). Pada pembangunan yang terjadi belakangan ini, eksistensi dari trotoar kurang diperhatikan, sehingga banyak pembangunan yang tidak disertai dengan pembangunan trotoar. Adapula trotoar yang beralih fungsi menjadi tempat berjualan atau warung liar. Selain itu, kurangnya area publik merupakan permasalahan yang timbul dari penigkatan transportasi.


BAB III

TELAAH

Permasalahan-permasalahan yang kompleks dalam transportasi, baik permasalahan dalam sistem transportasi, kebijakan, maupun dalam hal teknologinya memunculkan ide perbaikan atas permasalahan ini yang dinamakan konsep transportasi berkelanjutan (sustainable transportation). Sisitem transportasi berkelanjutan sendiri memiliki prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan agar sistem ini dapat berajalan dengan baik, prinsip-prinsipnya adalah sebagai berikut (pedoman kriteria transportasi berkelanjutan):

1. Aksesibilitas untuk semua orang

Suatu moda dari transportasi berkelanjutan nantinya harus dapat menjamin bahwa seluruh lapisan masyarakat dari anak-anak, orang dewasa, dan penyandang cacat akan mendapatkan dan dapat memanfaatkan moda transportasi yang ada.

2. Kesetaraan sosial

Peruntukan dari moda transportasi dalam sistem transportasi berkelanjutan tidak hanya tertuju untuk kalangan atas saja, namun sistem transportasi berkelanjutan harus dapat menjangkau penumpang dari kalangan bawah juga. Sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial yang akan muncul.

3. Keberlanjutan lingkungan

Adanya sistem transportasi berkelanjutan harus memikirkan dampak lingkungan yang akan dihasilkan oleh suatu moda transportasi, oleh karena itu diperlukan sistem transportasi yang ramah lingkungan dan menimbulkan dampak lingkungan seminimal mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan pemakaian bahan bakar yang dapat memberikan minimalisasi dampak pada lingkungan. Selain itu diperlukan kombinasi antara kendaraan tak bermotor dengan pejalan kaki dan dengan kendaraan umum yang baik sehingga dapat terwujud keberlanjutan lingkungan.

4. Kesehatan dan keselamatan

Sistem transporatasi yang ada sekarang memberikan dampak negatif yang besar bagi kesehatan masyarakat, contohnya seperti pencemaran udara oleh kendaraan bermotor. Pencemaran udara oleh kendaraan bermotor secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang panjang akan mengganggu sistem pernafasaan manusia, hal ini dikarenakan gas buangan dari kendaraan tersebut mengandung gas karbon monoksida yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Selain itu sistem keamanan di jalan dan sistem keamanan dari suatu moda transportasi pun perlu diperhatikan. Kecelakaan di jalan raya telah menelan banyak korban, hal ini dapat disebabkan sistem transportasinya yang salah maupun dari perseorangannya sendiri.

5. Partisipasi masyarakat dan transparansi

Partisipasi masyarakat diperlukan untuk terwujudnya dan keberlangsungan dari sistem transportasi keberlanjutan ini. Masyarakat memiliki hak dalam penentuan moda transportasi apa yang akan diadakan. Masyarakat juga perlu memberikan partisipasinya dalam perawatan moda transportasi umum yang digunakannya, bentuk partisipasi dapat dilakukan dengan tidak merusak fasilitas-fasilitas umum yang disediakan. Transparansi dapat berupa keterbukaan dan ketersediaan informasi atas terlaksananya sistem trasnportasi yang pro masyarakat.

6. Biaya rendah dan ekonomis

Suatu sistem transportasi berkelanjutan yang baik ialah sistem transportasi yang dapat merangkul seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, sistem transportasi tersebut harus memiliki biaya yang rendah dan terjangkau, hal ini dikarenakan agar masyarakat kalangan bawah dapat ikut memanfaatkan dan menikmati sistem transportasi ini. Kelas pelayanan dapat diberikan pada sistem ini, tetapi kualitas dari tiap kelas haru memenuhi standar yang ada.

7. Informasi

Adanya partisipasi masyarakat dan transparansi seperti yang telah dijelaskan di atas merukapan bentuk dari prinsip informasi ini. Dengan keterlibatan masyarakat dalam pemilihan dan penetuan suatu moda transportasi, masyarakat akan mengerti latar belakang dan kebijakan-kebijakan yang berlaku atas trasnportasi tersebut. Hal tersebut akan meminimalisir permasalahan yang akan timbul seputar kebijakan dalam transportasi tersebut apabila prinsip informasi ini terpenuhi.

8. Advokasi

Advokasi diperlukan untuk adanya kepastian dari pelaksanaan sistem transportasi yang memihak pada kepentingan orang banyak. Contohnya advokasi masyarakat yang terdapat di Tokyo, London, Toronto, dan Perth. Advokasi merupakan suatu bentuk penguatan, contohnya advokasi pada pengguna angkutan umum.

9. Peningkatan kapasotas

Peningkatan kendaraan pribadi yang pesat, mengakibatkan kendaraan umum jarang diperhatikan kembalin. Oleh karena itu dalam sistem transportasi berkelajutan, diperlukannya suatu moda transportasi yang memiliki tingkat kapasitas yang tinggi. Sehingga dapat menampung banyak kepantingan masyarakat yang akan melakukan perjalanan.

10. Jejaring kerja

Dalam menetapkan sistem transportasi berkelanjutan, dibutuhkan kerjasama yang baik tidak hanya dari kalangan pejabat saja, namun kerjasama dengan para stakeholder yang bersangkutan pun perlu. Kerjasama ini dapat dilakukan dalam bentuk saling bertukar informasi dan pengalaman untuk mewujudkan sistem transportasi berkelanjutan.

Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah dijabarkan di atas, suatu sistem transportasi berkelajutan dapat terwujud dengan ciri-ciri sistem tersebut memiliki aksesibilitas untuk semua kalangan, terdapat keterlibatan masyarakat di dalamnya, sistem transportasi yang ramah lingkungan serta sistem tersebut memiliki biaiya yang ekonomis dan terjangkau. Apabila ditinjau melalui visi dari sistem transportasi berkelanjutan, maka terdapat tiga aspek yang penting, yaitu sosial, lingkungan, dan ekonomi. Aspek sosial dalam hal ini ialah berhubungan dengan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, ketersediaan transportasi harus memenuhi kebutuhan manusia seperti memberikan rasa aman, nyaman, dan kemudahan untuk mendapatkan akses transportasi. Sedangkan dari aspek lingkungan, suatu sistem transportasi harus menggunakan sumber-sumber yang terbarukan dan sumber terbarukan ini bisa didapatkan dengan mendaur ulang bahan yang telah digunakan dalam kendaraan umum atau infrastruktur dan yang paling terpenting moda transportasi ini harus menghasilkan sedikit emisi. Sistem transportasi pun harus berorientasi kepada ekonomi yang berkelanjutan, hal ini dapat terwujud dengan penetapan biaya angkutan umum yang terjangkau.

Dalam merencanakan suatu sistem transportasi berkelanjutan perlu dipikirkan tujuan di masa depannya, seperti menentukan jumlah pergerakan untuk kendaraan umum dan kendaraan pribadi. Selain itu perencanaan juga harus dirancang berdasarkan kebijakan-kebijakan yang telah ada. Pendekatan pada perencanaan sistem transportasi memiliki dua kriteria, yaitu sistem transportasi secara menyeluruh (makro) dan sistem transportasi yang lebih kecil (mikro).

Sistem transportasi makro terdapat sistem kelembagaan yang menaungi unsur-unsur yang terdapat dalam sistem trasnportasi. Kebutuhan akan transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia yang akan melakukan perjalanan. Bagan kebutuhan akan transportasi di atas menunjukkan panah bolak-balik terhadap prasarana transportasi, hal ini menunjukkan keterkaitan diantaranya. Keterkaitan ini muncul karena prasarana transportasi (jalan, rel) merupakan jalur dari pergerakan dari moda transportasi tersebut. Dari keterkaitan antara dua aspek tersebut, maka muncuk aspek lain dalam sistem transportasi makro ini yaitu rekayasa dan manajemen lalu lintas. Rekayasa dan manajemen lalu lintas (RL dan ML) membahasa tentang manajemen transportasi seperti moda kendaraan yang digunakan, sistemnya, serta pergerakannya.

Berdasarkan pedoman kriteria transportasi berkelanjutan, pada sistem tranportasi miko terbagi menjadi beberapa sistem yaitu sistem kegiatan, sistem jaringan prasarana transportasi, sistem pergerakan transportasi, dan sistem kelembagaan. Sistem kelembagaan transportasi dibedakan menjadi tiga, yaitu sistem kegiatan, sistem jaringan, dan sistem pergerakan. Sistem kegiatan dilakukan oleh Bappenas, Bangda, dan Pemda. Sedangkan sistem jaringan dinaungi oleh Departemen Perhubungan Bina Marga, dan sistem pergerakan dilakukan oleh Dinas perhubungan, Organda, Polantas, dan masyarakat.

Beberapa macam sistem transportasi diciptakan dengan harapan bahwa sistem sustainable transportastion dapat terwujud. Seperti bike to work dan mass rapid transit yang kini telah digalakkan oleh negara-negara berkembang. Adanya macam-macam sistem transpotasi kini didasarkan pada permasalahan transportasi yang tak kunjung membaik, dan justru bertambah buruk. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dan kerjasama antar pihak dalam mewujudkan transportasi keberlanjutan yang manfaatnya dapat dinikmati sekarang dan nanti.

A. Konsep Bike to work

Bike to work adalah suatu konsep dimana siswa-siswi pelajar, dan pegawai kantor dapat memenuhi kebutuhan trasportasinya dengan cara bersepeda. Contoh kasus dari konsep bike to work adalah di Kota Freiburg, Jerman. Kota Freiburg dalam sistem transportasinya lebih memprioritaskan penggunaan sepeda dan pejalan kaki. Pada tahun 1972 Freiburg memiliki jalur sepeda (bike lane) sepanjang 29 km, lalu diperpanjang lagi pada tahun 2007 sehingga menjadi 160 km. Pada tahun 2007 terdapat 682 km jalur yang diperuntukkan untuk pengguna sepeda di Kota Freiburg. Gambar berikut ini menunjukkan adanya perbedaan kondisi dari Jembatan Wiwili yang berada di kota Freiburg. Pada tahun 1970 dapat dilihat bahwa peruntukan jembatan ini masih didominasi oleh kendaraan bermotor, namun seiring perkembangan jaman dan diterapkannya konsep bike to work jembatan ini ditutuo untuk kendaraan bermotor. Jembatan Wiwil peruntukannya berubah menjadi hanya untuk pengguna sepeda dan pejalan kaki saja. Bagi para pengguna sepeda berada pada jalur utama, sedangkan pejalan kaki berada pada pinggir kanan dan kiri jalan.

Gambar Perbandingan Kondisi Jembatan Wiwili Kota Freiburg Tahun 1970 (kiri) dan Keadaan Sekarang (kanan)

Dengan adanya konsep bike to work di kota Freiburg ini, tingkat kecelekaan lalu lintas menjadi turun. Hal ini dikarenakan terdapat penurunan kecepatan oleh kendaraan bermotor, yang semula kecepatan rata-rata maksimal 30 km/jam, kini pada tahun 2008 kecepatan rata-rata maksimal dari kendaraan bermotor turun menjadi 7 km/jam sejak adanya jalur sepeda tersebut di kawasan perumahan. Penurunan stadar kecepatan maksimal dari kendaraan ini merupakan salah satu dampak positif dari keberadaan konsep bike to work, selain tingkat kecelakaan menjadai turun, kini tidak ada lagi rasa kekhawatiran akan penggunaan transportasi maupun berjalan kaki. Konsep dan pelaksanaannya bersifat sederhana, yaitu setiap jalur pejalan kaki berada di sebelah jalur bersepeda dengan diberi tanda di setiap jarak tertentu. Kontrol masyarakat lebih ditekankan pada konsep ini, dimana tidak diberi rambu-rambu lalu lintas lain yang sekiranya masyarakat di sana sudah dapat menyadarinya sendiri. Di kota Freiburg pun terdapat jalur yang peruntukaannya khusus bagi para pengguna sepeda dan ada pula jalur yang mengutamakan jalur sepeda berada di tengah jalan.

berlin%20transport%20strike

Gambar Jalur Khusus untuk Para Pengendara Sepeda di Kota Freiburg, Jerman

Adanya konsep bike to work di kota Freiburg tidak lepas dengan adanya prasarana parkir untuk sepeda. Terdapat peningkatan yang tajam dari tahun 1987 sampai 2009, jumlah parkir sepeda naik hingga tiga kali lipatnya yaitu dari 2.200 menjadi 6.400 lokasi parkir di kota Freiburg (World Transport Policy and Practice, 2009). Lokasi parkir sepeda pun beragam, terdapat 1.678 pusat parkir untuk fasilitas pengguna sepeda yaitu 821 rak penyimpanan sepeda dan 23 loker penyimpanan sepeda. Fasilitas-fasilitas lain pun dilengkapi di kota Freiburg ini untuk memanjakan para pengguna sepeda, seperti bengkel sepeda, rental sepeda, hingga jasa pengiriman sepeda ke luar kota. Adanya fasilitas-fasilitas ini tidak hanya terbatas terletak di jalan umum, namun terdapat pula di gedung-gedung baru yang baru dibangun perlu dilengkapi oleh fasilitas-fasilitas bagi pengguna sepeda.

Gambar Lokasi Parkir di Area Traffic Calming (atas) dan Garasi Pusat Parkir Sepeda yang dapat Menampung 1000 Sepeda

Gambar di atas menunjukkan contoh dari penerapan lokasi parkir sepeda di kota Freiburg. Gambar kiri merupakan lokasi parkir sepeda yang berada di area traffic calming dan gambar di sebelah kanan ialah garasi pusat parkir sepeda yang mampu menampung 1000 sepeda dan dengan biayan 1 Euro per harinya.

Jerman merupakan salah satu negara yang merupakan implikasi dari adanya suatu sistem sustainable transportation. Sistem sustainable transportation diciptakan untuk mewujudkan kota atau wilayah dengan kondisi menekan pemakaian kendaraan pribadi dan menggunakan kendaraan umum serta mendukung transportasi yang menghasilkan sedikit polutan yang bisa membahayakan kelangsungan lingkungan hidup. Hal ini dikarenakan sustainable transportation juga memprioritaskan keseimbangan lingkungan hidup yaitu dengan mengurangi konsumsi enegi dan emisi karbon. Jerman sebagai negara yang menerapkan konsep sistem sustainable transportation ikut mendukung keseimbangan lingkungan dengan menghasilkan sedikit polutan karena adanya konsep bike to work tersebut dan ditambah pula dengan penekanan terhadap kendaraan bermotor. Beberapa upaya telah dilakukan negara Jerman ini untuk menyukseskan konsep sistem sustainable transportation ini, diantaranya yaitu membuat kebijakan tentang pengurangan jam mengemudi kendaraan pribadi pada jam-jam puncak (peak hour) dan menggantinya dengan menggunakan kendaraan umum, mengintegrasikan transit, bersepeda, dan berjalan sebagai alternatif untuk menggantikan perjalanan menggunakan mobil. Ditanamkannya pendidikan dan penyebaran informasi akan dampak positif dari sistem sustainable transportation akan menarik minat masyarakat untuk ikut serta akan pelaksanaan sistem sustainable transportation dan sistem ini akan dapat diterapkan dalam jangka waktu yang panjang.

Penerapan dari sistem sustainable transportation di Jerman telah mendapatkan feedback yang positif dari masyarakat sekitar. Adanya keseimbangan lingkungan yang ikut terjaga seiring dengan berkembangnya penerapan konsep ini, menjadikan kelestarian lingkungan di Jerman dapat dinikmati untuk masa kini hingga masa datang. Minimnya polutan dari gas buangan kendaraan bermotor juga ikut berdampak pada kesehatan manusia yang ikut terjaga dengan baik. Berkurangnya penggunaan kendaraan pribadi dan meningkatna penggunaan kendaraan umum menyebabkan terciptanya kondisi lingkungan yang aman, nyaman, dan asri yang mana merupakan impian dari setiap masyarakat khususnya perkotaan. Kebijakan yang diberlakukan pemerintah sehubungan dengan penekanan pada penggunanaan kendaraan pribadi telah diterapkan dengan baik. Buktinya sekarang penggunaan kendaraan tidak bermotor dan kendaraan umum dapat meningkat. Hal tersebut dapat terjadi karena didukung dengan penyediaan fasilitas-fasilitas dengan baik. Seperti fasilitas pejalan kaki berupa trotoar, kondisi trotoar di sana baik dan pemerintah di sana juga melakukan perencanaan tata guna lahan yang mana bertujuan untuk mempersingkat perjalanan pejalan kaki sehingga para pejalan kaki tidak perlu menempuh perjalanan yang cukup jauh untuk mencapai tujuannya. Selain itu, penyediaan fasilitas untuk para pengguna sepeda pun ditingkatkan baik dalan segi kuantitas maupun kualitasnya, seperti penyediaan tempat parkir yang luas.

Kota Freiburg yang menerapkan sustainable transportation tidak lepas dari berbagai kendala yang ada. Permasalahan yang paling banyak adalah permasalahan tentang infrastruktur sepeda, karena infrastruktur bersepeda memiliki banyak masalah-masalah yang tidak bisa dipecahkan dari sudut pandang teknik. Permasalahan yang umum terjadi di sana ialah mengenai jalur sepeda yang dipisahkan dari jalan raya tanpa memperhitungkan bahwa ini akan meningkatkan arus lalu lintas. Salah satu contoh dari permasalahan yang timbul ialah jalur sepeda yang mana bersebelahan dengan jarul bus penumpang. Di negara-negara yang umumnya orang mengemudi di sisi kanan, maka penumpang dari bus tersebut akan turun dari sisi kanan pula. Adanya jalur sepeda di sisi kanan bus, mengakibatkan para penumpang bus yang akan turun harus lebih berhati-hati terhadap itu atau mungkin pengemudi sepedanya yang harus memperlambat laju sepedanya ketika ada bus yang sedang menurunkan penumpang. Karena para penumpang bus merasa terburu-buru, seringkali mereka tidak menyadari bahwa mereka berada di jalur sepeda dan pada saat menyeberang tidak menoleh ke kanan maupun ke kiri dulu. Oleh karena itu diperlukannya kerjasama antar penumpang bus dan pengendara sepeda untuk saling menjaga keselamatannya. Konflik ini dapat saja dihindari, yaitu apabila pengendara sepeda berbagi jalan dengan pengendara. Karena dengan cara itu, mereka akan lewat di sebelah kiri dan konflik pun dapat dihindari.

Contoh lain dari kendala penerapan bike to work adalah ketidak amanan pengendara sepeda dikarenakan penyediaan infrastruktur seperti sarana yang kurang aman, keamanan pengendara sepeda berkurang dikarenakan kecepatan dalam bersepeda bervariasi dan tidak bisa diakomodasi. Sebenarnya dengan berbagi jalan dengan pengendara, pengendara sepeda akan dapat lebih mudah melewatinya. Adanya pendekatan yang menekankan pembagia jalan terhadap sesama pengendara ini membantu untuk memperlambat lalu lintas bermotor, yang mana dapat berguna untuk semua kalangan. Dikatakan berguna karena perjalanan sepeda akan lebih aman dan juga sepeda merupakan moda transportasi yang lebih cepat pada perjalanan pendek khusunya di pusat kota.

Di luar negeri mayoritas orang beraktivitas dengan menggunakan tangan kirinya, namun tidak sedikit pula orang-orang yang beraktivitas dengan tangan kanan. Perbedaan ini dapat memicu adanya konflik dalam penggunaan jalan dalam bersepeda. Pengalaman menunjukkan bahwa posisi jalur ketika mendekati sebuah persimpangan adalah alat yang sangat ampuh untuk berkomunikasi yang dimaksudkan gerakan dengan pengendara. Kesulitan memprediksi dari pergerakan sepeda seperti seorang pengendara yang tiba-tiba saja belok kiri dari jalur yang paling kanan, hal tersebut justru akan rentan terhadap munculnya konflik.

Review

Sistem sustainable trasnportation di Jerman khususnya konsep bike to work di kota Freiburg telah membawa dampak positif di berbagai aspek, salah satunya keseimbangan lingkunga yang terjaga. Saya setuju dengan adanya konsep dan penerapan bike to work di kota Freiburg tersebut. Pengoptimalan alat transportasi berupa sepeda di Freiburg ini telah membawa dampak positif bagi lingkungan yang dapat dinikmati di masa sekarag dan nanti. Adanya penekanan terhadap jumlah kendaraan pribadi dan peningkatan terhadap kendaraan umum serta penggunaan sepeda terbukti dapat diwujudkan oleh masyarakat kota Freiburg yang dilaksanakan berdasarkan kebijakan-kebijakan dari pemerintah setempat. Berkurangnya penggunaan kendaraan pribadi berarti dapat mengurangi polutan yang dihasilkan dari kendaraan tersebut dan hal tersebut menyebabkan berkurangnya pencemaran udara. Rasa aman dan nyaman pun didapatkan oleh masyarakat kota Freiburg. Hal ini dikarenakan kondisi jalanan kota kini tidak terlalu padat oleh kendaraan bermotor, kondisi seperti ini merupakan keinginan dari masyarakat Freiburg dan angka kecelakaan pun ikut menurun seiring dengan pengurangan jumalah kendaraan pribadi ini.

Adanya penguranagan atau pembatasan penggunaan kendaraan pribadi akan mengahsilkan waktu perjalanan yang lebih singkat karena lalu lintas kendaraan tidak memperlambat jalannya kendaraan umum seperti bus, udara lebih bersih, berkurangnya tingkat kebisisngan, tercipta hubungan yang lebih harmonis dengan para pemilik kendaraan, tercipta keseimbangan lingkungan, dan kondisi tidak berbahaya bagi anak-anak. Kendaraan pribadi boleh saja digunakan, namun hanya pada saat di luar jam sibuk atau pada saat akan melakukan perjalanan ke luar kota di akhir pekan. Hal terpenting dalam keberlangsungan sistem ini ialah penanaman pendidikan akan informasi akan sistem sustainable transportation, hal ini dimaksudkan agar mereka mengerti akan manfaat yang dihasilkan dari sistem ini dan mereka ikut menerapkannya dalan aktivitas sehari-harinya.

B. Mass Rapid Transit (MRT)

Mass Rapid Tansit (MRT) atau angkutan umum adalah layanan transportasi penumpang, yang umumnya memiliki rute perjalanan lokal dan memiliki ongkos atau tarif yang telah ditentukan. Angkutan umum ini biasanya memiliki jalur khusus yang terpisah dengan kendaraan lainnya dan memiliki rute beroperasi serta lokasi-lokasi pemberhentian tertentu. Konsep dari MRT yaitu memindahkan sejumlah besar orang dalam waktu yang bersamaan, hal tersebut dinilai sebagai moda transportasi yang efisien dan efektif. Apalagi dengan kondisi saat ini yang mana orang-orang lebih suka berpergian dengan kendaraan pribadinya daripada naik kendaraan umum. Keberadaan angkutan umum yang efisien dan efektif ini dapat membantu terwujudnya sistem sustainable transportation.

Konsep dari Mass Rapid Transit selain untuk melayani transportasi penumpang, juga berguna untuk menjadi daya tarik bagi pengguna kendaraan pribadi beralih ke moda angkutan umum. Sistem MRT ini memberikan akses bagi masyarakat untuk mencapai tujuannya. Dengan adanya MRT berarti kita telah melakukan upaya untuk pengurangan polusi udara dan penghematan penggunaan BBM. Angkutan umum ini dapat dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak, orang dewasa, dan tidak memandang status orang tersebut, entah masyarakat kalangan atas maupun masyarakat kalangan bawah. Biaya ongkos atau tarif dari angkutan umum ini pun relatif ekonomis, sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat dari kalangan bawah.

1. Jenis-jenis MRT

Mass Rapid Transit (MRT) memiliki beberapa jenis, diantaranya yaitu:

a. Bus Rapid Transit (BRT)

Bus Rapid Transit merupakan salah satu bentuk angkutan yang berorientasi kepada pelanggan dan mengkombinasikan stasiun, kendaraan, perencanaan, dan elemen-elemen sistem transportasi ke dalam sebuah sistem yang terpadu dan memiliki satu identitas yang unik.

Seiring dengan perkembangan jaman, maka kota yang memiliki aktivitas yang padat di dalamnya memerlukan moda transportasi yang memiliki kualitas dari segi fisik maupun pelayanan yang lebih baik daripada bus-bus lainnya. Bus Rapid Tansit (BRT) memiliki tempat-tempat pemberhentian dan jalur rute yang khusus diperuntukkan untuk BRT tersebut. Contoh dari Bus Rapid Transit ialah Transmileno di Bogota dan busway di Indonesia, serta banyak lainnya.

b. Light Rail Transit (LRT)

Light Rail Transit (LRT) merupakan sistem jalur kereta listrik metropolitan yang dikarakteristikkan atas kemampuannya menjalankan gerbong atau kereta pendek satu per satu sepanjang jalur-jalur khusus eksklusif pada lahan bertingkat, struktur menggantung, subway, atau biasanya di jalan, serta menaikkan dan menurunkan penumpang pada lintasan atau tempat parkir mobil (TCRP, 1998). Trem merupakan contoh dari Lighr Rail Transit, trem ialah kereta yang memiliki rel khusus di dalam kota. Trem merupakan salah satu solusi dari kemacetan yang ada, umumnya satu set trem terdiri dari dua kereta. Trem memiliki berat seperti bus, yaitu sekitar 20 ton dan tidak seperti kereta pada umumnya yang memiliki berat sekitar 40 ton. Letak rel berbaur dengan lalu lintas kota atau terpisah seperti busway, bahkan bisa pula berupa layang (elevated) atau subway, hanya untuk sebagian lintasan saja.

Keunggulan dari Light Rail Tansit (LRT) yaitu LRT dapat berbaur dengan lalu lintas kota,LRT dapat berbelok dengan radius kecil yaitu sekitar 15 meter, LRT dapat naik dengan elevasi sebesar 12% dan hal tersebut mengakibatkan stasiun LRT sering berada di atas jembatan layang, serta biaya pembangunan dan biaya operasi sangat murah apabila dibandungkan dengan biaya dari Heavy Rail Transit (HRT).

c. Heavy Rail Transit (HRT)

Heavy Rail Transit (HRT) merupakan sistem angkutan yang menggunakan kereta berkinerja tinggi atau dapat dikatakan pula sebagai mobil rel bertenaga listrik yng beroperasi di jalur-jalur khusus eksklusif, biasanya tanpa persimpangan dan memiiliki stasiun yang besar. Heavy Rail Transit (HRT) selain untuk penumpang, juga untuk barang. Kereta ini lebih berat daripada LRT yaitu sekitar 40 ton dan cenderung lebih lambat. HRT telah dirancang untuk perjalanan jauh, oleh karena itu pada HRT telah disediakan pula fasilitas yang berupa kamar mandi, ruang makan, dan tempat untuk tidur. HRT dapat berbelok dengan radius minimumnya sebesar 150 meter dan dengan elevasi 1%.

d. Rail Rapid Transit (Metro)

Metro adalah sebuah sistem trasnportasi rel yang umumnya dibangun di daerah perkotaan, metro ini pula lebih dikenal dengan sebutan kereta bawah tanah. Moda angkutan ini berkapasitas besar dan berfrekuensi tinggi untuk melayani lalu lintas komuter dan hal ini terjadi terutama pada jam-jam sibuk. Metro memiliki kecepatan yang relatif tinggi, oleh karena itu diperlukan adanya jalur khusus dan dengan sistem keamanan yang terjamin. Sistem metro memang dapat memenuhi biaya operasional dalam wilayah perkotaan seperti di Hong Kong dan si Sao Paulo, namun sewajarnya pemerintah juga perlu memberikan subsidi.

Salah satu contoh berhasil dari Mass Rapid Transit ialah MRT Singapura dan MRT ini telah menjadi transportasi utama di Singapura. MRT ini dibangun sejak tahun 1983 menggunakan sistem jalur kereta api dan pada tahun 1987 kereta ini mulai dioperasikan untuk umum yang dimulai pada jalur padat terlebih dahulu dari Yio Chu Kang Station sampai Toa Payoh Station. MRT Singapore kini telah memiliki 79 stasiun yang tersebar di berbagai wilayah. Jalur kereta yang ada dibagi ata 4 jalur, yaitu: North South Line yang melayani rute Jurong East sampai Marina Bay. Jalur East West Line yang melayani rute Pasir Ris sampai Joo Koon, dari Changi Airport juga menggunakan jalur ini, namun berhenti pada persimpangan Tanah Merah. Jalur North East Line yang menghubungkan Harbour Front sampai Punggol, serta yang terakhir ialah jalur Circle Line yang menghubungkan Dhobby Ghaut dengan Marymount (Informasi Wisata Singapura). Apabila ingin berkeliling Singapura dengan menggunakan MRT ini, maka perlu mengetahui jalur-jalur tersebut terlebih dahulu sehingga kita tahu dimana harus turun atau berpindah kereta. Berikut ini merupakan jalur peta untuk Mass Rapid Transit (MRT):

Gambar Peta Jalur Perjalanan MRT Singapura

Mass Rapid Transit ini dibangun di bawah tanah (underground), dan lokasi underground ini terletak cukup dalam. Meskipun berada di dalam bawah tanah, MRT ini tetap menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang adanya MRT yaitu General Ticketing Machine (semacam mesin ATM), informasi penumpang di Passanger Service yang ditunjukkan dalam bentuk LED dan Plasma Display. Tidak perlu khawatir akan pustus kontak jika berada di dalam MRT ini, karena sinyal telepon tetap hidup normal dan sirkulasi udara pun tetap berjalan cukup baik yang didukung dengan adanya Air Conditioner (AC).

Gambar Informasi Penumpang yang ada di Plasma Display

Gambar Rute Perjalanan Kereta MRT di Singapura

Pemerintah Singapura memiliki kebijakan yang sangat tegas terhadap bentuk-bentuk pelanggaran yang terjadi di stasiun MRT maupun di dalam keretanya. Pelanggaran yang terjadi akan dikenakan denda yang cukup besar, dan terdapat papan-papan denda yang ditempel di berbagai tempat di sekitar pintu masuk MRT. Oleh karena itu tercipta suasana dalam lingkungan stasiun MRT dan di dalam kereta MRT yang sangat bersih. Selain terdapat fasilitas yang berupa pelayanan terhadap tiket kereta MRT, terdapat pula fasilitas-fasilitas yang menyediakan makanan maupun minuman.

Gambar Kereta Kawasaki Heavy Industries C151

Berdasarkan penerapan standar pelayanan minimum angkutan umum dalam pedoman kriteria transportasi berkelanjutan, dikatakan bahwa pelayanan angkutan umum meliputi kenyamanan, keselamatan, keamanan, dan ketepatan waktu, serta diadakannya pelaksanaan uji berkala pada angkutan umum. Angkutan umum yang fungsi awalnya sebagai layanan publik perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah, seperti pemberian subsidi oleh pemerintah diharapkan angkutan umum ini dapat dinikmati oleh seluruh komponen masyarakat.

2. Keistimewaan MRT

Terdapat beberapa keistimewaan yang didapatkan dari adanya Mass Rapid Transit (MRT) ini. Dapat dilihat dari penggunaan lahannya, untuk mewujudkan sistem sustainable transportation dituntut adanya efisiensi lahan dalam penerapan seluruh moda transportasi. Bus Rapid Transit (BRT) menggunakan sebagian pengalokasian ulang lahan jalan yang ada untuk moda-moda yang lebih efisien dan dengan jalur khusus yang telah ditentukan. Sedangkan untuk moda tranportasi metro, pengalokasian lahannya terpisah dari jalan sehingga tidak memiliki dampak terhadap jalan.

Keistimewaan lain ditunjukkan dari kuantitas penumpang yang dapat ditampung dalam suatu moda transportasi. Konsep awal MRT ini ialah suatu moda transportasi yang dapat menampung oramg dalam jumlah besar dan dalam waktu yang bersamaan. Dengan besarnya jumlah penumpang dalam suatu moda, dapat diasumsikan bahwa pengurangan terhadap penggunaan kendaraan pribadi telah berjalan dan hal tersebut merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan sistem, transportasi berkelanjutan. Selain dapat membawa penumpang dalam waktu yang bersamaan, efisiensi waktu akan terwujud karena MRT memiliki kecepatan yang tinggi.

Pengalaman di kota-kota maju telah menunjukkan bahwa MRT memiliki dampak kecil terhadap poal penggunaan lahan. Pola penggunaan lahan di kota-kota maju berbeda dengan yang berada di kota-kota berkembang. Hal ini dikarenakan di kota-kota yang lebih berkembang lebih cendenrung untuk melakukan ekspansi ruang atau pengembangan horizontal sehingga terdapat perubahan-perubahan akibat perubahan pada pola penggunaan lahan. Sedangkan di kota-kota maju pola penggunaan lahannya berdampak kecil karena dengan adanya Mass Rapid Transit (MRT) umumnya pola penggunaan lahan akan tetap dan tidak terlalu banyak perubahan, meskipun terdapat peubahan kecil yang biasanya secara vertikal.

Dalam perencanaannya MRT memerlukan banyak pihak untuk bekerja sama, mulai dari kalangan pemerintah, stakeholders, hingga bersama masyarakat yang nantinya aka menjadi pengguna dari MRT tersebut. Setelah perencanaan dibuat dan dalam pengoperasian moda transportasinya, seluruh pihak harus ikut bertanggung jawab dan memelihara fasilitas-fasilitas di dalam moda tersebut agar dapat dinikmati kini dan masa yang akan datang.

3. Kelemahan MRT

Kelemahan dari MRT ialah apabila tidak adanya hubungan antara suatu moda transportasi dengan moda transportasi lainnya. Contohnya saja adanya suatu metro perlu dilengkapi dengan fasilitas untuk pejalan kaki agar dapat mencapai stasiun metro dengan aman dan nyaman. Apabila aksesibilitas ke stasiun ini buruk dan dirasa tidak nyaman untuk berjalan kaki, maka masyarakat akan malas untuk menuju stasiun tersebut dan akan memilih naik taksi saja.

Selain itu pembangunan MRT juga harus direncanakan dengan matang. Pemilihan opsi MRT harus dipertimbangkan dari berbagai aspek terlebih dahulu, dan tidak boleh langsung ditentukan berdasarkan keuntungan yang akan diperoleh. Hal ini berdasarkan kenyataan yang ada bahwa penggunaan metro lebih mahal daripada penggunaan BRT (Bus Rapid Transit). Biaya yang dikeluarkan untuk membangun metro beberapa kilometer dapat dijadikan untuk membangun jaringan BRT sampai denga puluhan kilometer. Oleh karena itu dibutuhkan pertimbangan dengan matang mengenai moda trasnportasi atau MRT yang mana dulu yang penting untuk diprioritaskan.

Pemilihan suatu sistem dan moda transportasi di suatu kota perlu memperhatikan dan hal ini sangat ditentukan oleh kebutuhan dan kempampuan dari kota tersebut. Kebutuhan tersebut dapat ditentukan dari jumlah penduduk, luas wilayah, dan dari kepadatan penduduk. Sedangkan kemampuan suatu kota dapat dilihat dari anggaran pemerintah yang tersedia untuk pembangunan infrastruktur dan daya beli masyarakatnya. Oleh karena itu masyarakat perlu dilibatkan dari tahap perencanaan hingga pelaksanaannya dan adanya transparansi, karena peruntukan dari MRT ini adalah untuk masyarakat.

Review

Saya sangat setuju dengan adanya sistem tranportasi Mass Rapid Transportation (MRT), karena sistem transportasi ini dapat menampung penumpang dengan jumlah yang besar dan banyak. Selain itu moda transportasi dalam sistem ini berjalan dengan cepat dan hal ini merupakan implikasi dari efisiensi waktu. Apalagi di kota atau negara-negara sibuk dan padat jenis Mass Rapid Transit ini sangat berguna untuk orang-orang yang akan berpergian. Terdapat banyak jenis dari Mass Rapid Transit yang dapat dimanfaatkan, seperti Bus Rapid Transit (BRT), Light Rapid Transit (LRT), Heavy Rapid Transit (HRT), dan Rail Rapid Transid (RRT) atau yang biasa disebut juga dengan Metro. Berbagai jenis moda transportasi ini memiliki kelebihan dan kelemahannya tersendiri, sehingga tergantung kepentingan kita dalam menentukan moda transportasi apa yang akan digunakan.

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa MRT sendiri memiliki dampak yang kecil pada penggunaan lahan, seperti LRT dan BRT yang hanya memerlukan pengalokasian ulang lahan pada jalan. Hal ini dikarenakan moda transportasi pada BRT maupun LRT hanya menggunakan jalur khusus di sisi jalan maupun di tengah jalan. Sedangkan moda transportasi untuk sistem jalur rel seperti Metro memiliki tingkatan yang terpisah dan tidak memiliki dampak terhadap jalan, kecuali jalan tersebut ditinggikan dalam kondisi dimana mungkin terdapat sedikit pengurangan kapasitas jalan.

Untuk mewujudkan sustainable transportation melalui adanya sistem transportasi Mass Rapid Transit maka kegiatan transportasi ini harus tetap mengutamakan keselamatan dan kenyamanan dari para pengguna atau masyarakat. Hal ini dikarenakan sustainable transportation diciptakan mengutamakan keberlanjutan dari transportasi untuk pergerakan manusia, bukan untuk pergerakan kendaraan. Jadi MRT diciptakan juga harus memperhatikan aspek manusianya, seperti menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat menjadi faktor penarik agar banyak masyarakat yang tertarik untuk memanfaatkan angkutan umum ini. Fasilitasnya dapat berupa trotoar untuk para pejalan kaki dari tempat umum di sekitar stasiun MRT menuju ke stasiun MRT. Stasiun tersebut harus memiliki kualitas yag baik, agar para pejalan kaki yang akan menuju stasiun akan merasa aman dan nyaman. Selain itu fasilitas yang dapat menunjang adanya MRT ialah sarana-sarana tempat parkir di setiap stasiun. Hal ini dikarenakan banyak orang yang awalnya berpergian dengan sepeda, lalu sewaktu akan keluar kota sepeda tersebut perlu dititipkan. Sehingga sarana seperti tempat parkir sepeda atau kendaraan bermotor lainnya perlu dibangun guna menampung kendaraan pribadi para penumpang.

Di Indonesia sendiri, pemerintah telah merencanakan untuk adanya pengembangan Mass Rapid Transit (MRT) di seluruh wilayah Indonesia. Untuk merealisasikannya pemerintah Indonesia akan bekerja sama dengan Jepang dalam pengembangan infrastrukturnya. Sebagai target awal pembangunannya, rencana adanya MRT akan dimulai di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Agiru, 2010). Sistem transportasi BRT telah direalisasikan di Jakarta berupa Trans Jakarta atau yang lebih dikenal dengan Busway. Keberadaan busway merupakan salah satu solusi dari kemacetan yang ada di Jakarta, oleh karena itu kualitas dan kuantitas dari busway harus tetap ditingkatkan. Hal ini dimaksudkan agar semakin banyak masyarakat yang mau memanfaatkan angkutan umum ini dan meninggalkan kendaraan pribadinya di rumah. Dengan meningkatnya masyarakat yang meninggalkan kendaraan pribadinya di rumah dan beralih menggunakan angkutan umum, maka pengurangan akan penggunaan kendaraan pribadi akan terwujud. Banyak masyarakat Indonesia yang malas untuk menggunakan kendaraan umum yang umumnya karena aspek keamanan yang kurang. Tidak sedikit pencopetan terjadi di angkutan umum Indonesia, oleh karena itu diperlukannya layanan keamanan di setiap stasiun atau kendaraan umum seperti busway, selain itu masing-masing pribadi pun juga harus bertanggung jawab atas apa yang dibawanya.

STUDI KASUS

Bus Transmileno – Bogota, Colombia

Salah satu dari penerapan kendaraan umum yang paling berhasil ialah sistem angkutan berbasis bus yang terdapat di Bogota, bus ini dikenal dengan nama Transmileno. Adanya bus ini merupakan implikasi dari ide sistem transportasi di Curitiba. Curitiba merupakan ibukota propinsi Parana yang terletak di selatan Brasil. Jaime Lerner merupakan pelopor dari rencana transportasi berbasis massal. Filosofi Lerner adalah memperoleh momentum dengan melakukan segala sesuatu secara sederhana dan cepat dan dengan biaya rendah. komponen utama dari rencana induk yang langsung diterapkan adalah dengan mengubah jalan di pusat kota menjadi jalan khusus pejalan kaki. Hal ini berbeda dengan kota-kota Brasil lainnya, yaitu kota-kota tersebut justru memusatkan perhatian pada pembangunan jalan yang lebih banyak dan lebar guna dapat menamppung kendaraan bermotor. Perencanaan untuk merubah jalan utama Curitiba menjadi jalan khusus untuk pejalan kaki telah direncanakan secara seksama selama lebih dari satu tahun. Pro dan kontra terjadi ketika kebijakan ini digalakkan. Sikap kontra ditunjukkan oleh para pemilik toko, namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena adanya peningkatan dalam penjualan. Dalam prosesnya, para pemilik toko justru menuntut untuk dibuatkan tempat pejalan kaki di area pertokoan mereka. Sistem jalan khusus untuk pejalan kaki di Curitiba kini telah meluas ke 49 blok di tengah kota. Keberhasilan sistem ini telah dipelajari dan diterapkan (dengan tingkat keberhasilan yang berbeda-beda) di berbagai kota di dunia, dari Ottawa dan Los Angeles sampai ke Bogota dan Jakarta (Indonesia).

Bogota yang mengadapjtasi ide dari Curitiba tersebut telah membawa damapak yang baik kepada wilayahnya. Transmileno merupakan proyek yang paling sukses dalam kontribusi kemasyarakatan. Sistem ini telah melayani lebih dari 630.000 perjalanan setiap harinya dan pada awal bulan Juli 2005 Transmileno melayani 900.000 perjalanan. Sedangkan pada jalur utama telah mengangkut lebih dari 40.000 orang penumpang per jam, jumlah ini melebihi jumlah dari sistem jaringan rel. Pengguna Transmileno menghemat rata-rata 223 kjam setiap tahun. 9% dari pengguna biasanya berpergian menggunakan kendaraan. Transmileno diharapkan dapat membawa lebih dari 80% penduduk kota menjelang tahun 2015.

Gambar Bus Transmileno di Bogota

Konsep dari sistem ini sebenarnya berbasis bus, namun pengoperasiannya mirip dengan sistem yang berbasis jalan rel. Bentuk dari bus Transmileno ini ialah berupa bus-bus gandeng yang memiliki jalur beroperasi di jalur khusus bus dengan menggunakan satu atau dua jalur dalam tiap arah jalan. Untuk rute perjalanannya telah ditentukan oleh lembaga yang menaunginya, sehingga para penumpang naik dan turun hanya di halte yang telah ditetapkan. Sebelum naik bus Transmileno, para penumpang diharuskan membeli tiket terlebih dahulu di kios yang berada di luar stasiun. Tinggi dari halte bus di desain sesuai dengan tinggi lantai bus, hal ini dimaksudkan agar para penumpang dapat dengan mudah, cepat, dan aman untuk keluar dan masuk bus. Bus Transmileno ini juga dilengkapi oleh akses bagi penyandang cacat, hal ini merupakan nilai tambah bagi bus massal seperti bus Transmileno. Transmileno merupakan bus gandeng dengan kapasitas 196 orang penumpang dengan mesin diesel yang bersih sesuai dengan standar emisi Euro II. Dalam standar-standar tersebut juga disebutkan bahwa bus Transmileno akan menjamin kebersihannya dan menjamin kondisi fasilitas-fasilitas di dalamnya dengan kondisi yang baik. Selain itu, pengemudi dari bus Transmileno sebelum mengemudi bus tersebut wajib mengikuti pelatihannya terlebih dahulu.

Bus Transmileno memiliki dua jenis, yaitu bus lokal dan bus ekspres. Kedua jenis bus ini memiliki tarif angkut yang sama. Jadi ketika sementara bus lain berhenti di tiap halte, maka bus lain akan beroperasi di rute eksperes yang berhenti di halte tertentu saja. Para penumpang dapat berpindah dari bus satu ke busa lainnya, seperti pindah dari bus lokal ke bus ekspres dengan biaya tiket yang sama. Penumpang bus dapat pula berpindah dari satu rute bus ke rute bus lainnya tanpa danya penambahan biaya. Bus-bus Transmileno beroperasi di tengah-tengah jalan dan tidak beroperasi di pinggir jalan. Jalur seperti ini tidak akan menghambat kendaraan lain untuk keluar dan masuk atau pun kendaraan pengiriman barang. Jadi dengan jalur seperti ini, hanya ada satu stasiun yang dibutuhkan di setiap titik pemberhentian dan bukan satu stasiun untuk tiap arah jalan. Sebenarnya pengembangan bus Transmileno dapat dikembangkan lagi yaitu dengan membangun trowongan bagi bus-bus di persimpangan yang padat.

Untuk mewujudkan pengembangan itu tidak sulit, karena konsep dari bus Transmileno sendiri sederhana. Namun yang menjadi permasalahan adalah prioritas dari peruntukan jalan tersebut. Apabila jalan tersebut telah diprioritaskan untuk kepentingan umum dan bukan untuk kepentingan pribadi, maka jalan-jalan utama di Bogota dapat dimanfaatkan oleh bus-bus gandeng Transmileno secara eksklusif. Keuntungan utama dari pembangunan Transmileno dibandungkan dengan sistem jalan rel adalah biayanya yang rendah. Investasi publik di Bogota memakan biaya sebesar 5 juta dollar AS per kilometer. Tingginya biaya ini dikarenakan pula pembangunan fasilitas-fasilitas lainnya yang berupa trotoar untuk pejalan kaki, pepohonannya, dan yang lainnya.

Gambar Transmileno yang memiliki tampilan seperti sistem jalan rel

Banyak masyarakat dari golongan atas yang bersikap kontra dari pengembangan bus Transmileno yang menggunakan sistem bus. Mereka menuntut pengembangan Transmileno berdasarkan sistem jalan rel. Hal ini dikarenakan mereka tidak ingin jalan utama yang seharusnya jalan untuk kendaraan pribadi mereka, dialihfungsikan sebagian jalannya menjadi jalur bus Transmileno. Para masyarakat yang tergolong kalangan atas berpikir bahwa masyarakat miskin merupakan faktor dari adanya masalah lalu lintas, sehingga bila Transmileno menggunakan sistem jalan rel, maka masalah lalu lintas akan berakhir. Pada tahun 2000, terdapat referendum yang berisi tentang pelarangan penggunaan kendaraan pribadi setiap hari kerja antara pukul 06.00 dan 09.00 dan pukul 16.30 dan 19.30, namun referendum ini akan diberlakukan mulai bulan Januari 2015.

Bagaimanapun juga, Transmileno yang berbasis bus dirasa lebih manusiawi dibandingkan yang memakai sistem jalan rel. Dikatakan lebih manusiawi karena pada saat bus tersebut jalan di atas jalan, para penumpang dapat melihat pemandangan-pemandangan indah di sekitar jalan seperti gedung-gedung tinggi, pepohonan, orang-orang yang lalu lalang, dan pertokoan. Berbeda dengan para penumpang yang naik bus dengan sistem jalan rel, yang didapati hanya kegelapan dan mungkin binatang-binatang pengerat. Apabila sistem jalan rel dipilih untuk diterapkan di kota-kota berkembang, seringkali dana yang terbatas hanya dapat dipakai untuk membangun sepasang jalur yang jarang melayani lebih dari beberapa persen dari perjalanan harian.

Selain kebutuhan akan moda transportasi, pemerintah Bogota pun mengusahakan adanya tempat khusus bagi para pejalan kaki. Adanya pembangunan ratusan ribu meter persegi trotoar yang dibatasi dengan pepohonan, lebih dari 200 km jalur sepeda, 45 km jalur hijau yang menguhubungkan kaum miskin dan kaya, lebih dari 300 taman-taman kecil yang dibangun dan total sebanyak 1123 taman baru yang direkonstruksi. Hanya berjarak dua blok dari Istana Kepresidenan, yang berlokasi di pusak kota, sebanyak lebih dari 600 unit rumah dihancurkan di area yang mengalami degradasi yang parah. Kini taman seluas 20 hektar telah dibangun di sana. Hal ini merupakan salah satu daya tarik untuk pembangunan daerah permukiman di sana. Salah satu jalan utam di Bogota telah berubah fungsi menjadi jalan khusus untuk pejalan kaki, yaitu sepanjang 17 km. Jalan tersebut telah dilengkapi pula oleh fasilitas-fasilitas lain seperti pepohonan, lampu jalan, bangku taman, dan fasilitas standar lainnya.

Bogota pada tahun-tahun terakhir belakang ini telah melaksanakan beberapa program yang bertujuan untuk mengurangi jumlah penggunaan kendaraan. Berdasarkan peraturan yang ada, bahwa sebanyak 40% dari jumlah seluruh kendaraan harus berada di luar jalan selama jam sibuk setiap harinya dan setiap kendaraan harus memenuhi peraturan ini dua kali dalam seminggu. Dengan diberlakukannya peraturan ini maka waktu perjalanan sehari-harinya berkurang sekitar 48 menit dan diiringi dengan pengurangan tingkat pencemaran, serta konsumsi bahan bakar pun menurun sebesar 10,3%.

Bogota memiliki tradisi Cyclovia, yaitu adanya penutupan jalan arteri utama bagi lalu lintas kendaraan bermotor selama 7 jam setiap hari Minggu. Kini di Bogota sepanjang 120 km dari jalan arteri utama tertutup untuk kendaraan bermotor, sehingga masyarakat dapat memanfaatkannya untuk kegiatan bersepeda, jogging, maupun hanya untuk berkumpul bersama. Lebih dari 1,5 juta orang berkumpul untuk menikmati hasil pembangunan kotanya selama ini. Lalu terdapat pula tradisi baru yaitu menutup jalan yang sama sepanjang 120 km setiap malam menjelang hari Natal, hal ini dilakukan agar masyarakat dapat berkumpul dan dapat menjalin kebersamaan dalam hal sosialisasi. Hampir separuh dari penduduk kota yang berjumlah hampir 3 juta orang dari segala lapisan masyarakat berkumpul di sana.

Gambar Tradisi Cyclovia di Bogota

Sebuah inovasi lain dari Bogota yang mendukung adanya sistem sustainable transportation adalah digalakkannya Car-free day (Hari Tanpa Mobil), yaitu hari dimana para penduduk kota meninggalkan kendaraannya di rumah dan berpergian dengan menggunakan bus, sepeda, atau taksi. Seperti pada hari Kamis bulan Februari tahun 2002, penduduk kota yang hampir berjumlah 7 juta jiwa berpergian dengan meninggalkan kendaraan pribadinya di rumah. Kegiatan ini mendapat respon positif, buktinya ialah sebanyak 98% penduduk berpergian dengan kendaraan umum maupun bersepeda. Lalu kegiatan ini mendapatkan persetujuan untuk dilaksanakan pada hari Kamis pertama bulan Februari setiap tahun. Lebih dari 200 km jalur sepeda yang terlindungi dibangun, dan dalam jangka waktu yang singkat terjadi peningkatan dalam penggunaan sepeda. Jumlah pengendara sepeda mengalami peningkatan dari 0,5% dari seluruh perjalanan di tahun 1998, menjadi 5% beberapa tahun kemudian. Sepeda dan trotoar yang berkualitas merupakan simbol dari kota yang demokratis, hal ini menunjukkan pula bahwa pembangunan di kota tersebut adalah untuk masyarakat dan bukan untuk kepentingan kendaraan bermotor.

Gambar Kegiatan Car-free day di Bogota

REVIEW

Bogota merupakan negara yang berhasil mengadaptasi ide atau konsep dari sistem transportasi yang berada di Curitiba. Sistem transportasi tersebut adalah angkutan umum yang sejenis bus (Bus Rapid Transit) yang dikenal dengan Transmileno. Awal pengadaan bus ini mendapatkan pro dan kontra dari masyarakat, bagi masyarakat yang belum mengerti tentang manfaat-manfaat bus ini bersikap kontra. Mereka yang memiliki kendaraan pribadi pun bersikap kontra kaerna jalur mereka sebagian diambil untuk digunakan sebagai jalur Transmileno. Namun pemerintah Bogota terus mengupayakan pengadaan dari bus Transmileno ini.

Setelah bus Transmileno ini beroperasi, dampak-dampak positifnya mulai dirasakan oleh masyarakat. Transmileno dirasa merupakan pemilihan moda trasnportasi umum yang sangat tepat untuk kota Bogota, karena sebagian besar masyarakat Bogota berada pada garis kemiskinan. Hal ini memberikan kesempatan bagi mereka yang berada di garis kemiskinan untuk ikut memanfaatkan alat angkutan umum tersebut dengan tiket naik yang terjangkau. Beberapa keuntungan yang didapatkan dari adanya bus Transmileno adalah:

a. Bus Transmileno adalah jenis bus gandeng, sehingga dilihat dari kuantitasnya bus ini dapat menampung banyak penumpang;

b. Biaya tiket perjalanannya yang murah;

c. Biaya pengadaan dan peroperasiaanya cenderung lebih murah dibandingkan pengdaan bus Trasnmileno dengan sistem jalur rel;

d. Adanya bus Trasnmileno yang diperuntukkan untuk seluruh lapisan masyarakat, akan mengurangi kesenjangan sosial yang akan muncul.

Jika dibandingkan dengan Indonesia, di Indonesia pun telah diterapkan sistem transportasi yang seperti bus dan di dikenal dengan Busway. busway merupakan suatu bentuk transport supply BRT (Bus Rapid Transit) yang memiliki jalur khusus dalam operasionalnya dan rute serta jam tertentu. Busway di Indonesia kini hanya berada di DKI Jakarta yang mana memiliki kativitas transportasi yang sangat padat. Busway memberikan keuntungan dengan memudahkan akses dari daerah pinggiran ke pusat kota, dapat mempersingkat waktu tempuh perjalanan, membiasakan masyarakat untuk berjalan kaki, dan dapat memberikan kesadaran masyarakat untuk displin dalam menggunakan jalan. Keberadaan busway ini pula dapat mengurangi kesenjangan sosial, karena busway diperuntukkan untuk seluruh kalangan, tidak hanya untuk kalangan atas atau kalangan bawah saja. Keberadaan busway perlu dipertahankan, karena moda transportasi seperti ini sangat efektif untuk kota-kota sibuk seperti Jakarta dan jika pemerintah menghendaki kota-kota besar lainnya seperti Surabaya, Bandung, dan Medan ditambahkan pula busway dalam sistem transportasi wilayahnya. Untuk masa mendatang, jangkauan busway perlu ditambah lagi. Sehingga memudahkan masyarakat untuk menjangkau tempat-tempat yang berada di pelosok kota. Selain itu dalam hal kebijakan juga perlu dipertegas dan diperketat, mengingat banyaknya pelanggaran yang dilakukan seperti para pengemudi kendaraan pribadi yang melintas di jalur khusus busway. masyarakat sebagai pengguna busway pun harus ikut menjaga keberlangsungan dari alat transportasi tersebut, agar suatu sistem transportasi bekelanjutan dapat tercapai. Untuk menarik minat masyarakat akan adanya busway, pemerintah kota dapat menaikkan pajak untuk kendaraan pribadi. Hal tersebut selain untuk menarik minat masyarakat untuk menggunakan busway, namun juga perlu dilakukan untuk menekan meningkatnya jumlah kendaraan pribadi. Jadi umumnya masyarakat kelas menengah akan berpikir dua kali sebelum menggunakan kendaraan pribadi dan beralih kepada kendaraan umum (busway). Berikut ini merupakan perbedaan dari penerapan BRT (Bus Rapid Transit) oleh Indonesia dan Bogota, perbedaannya yaitu:

Busway di Indonesia

Transmileno di Bogota

· Berupa bus tunggal

§ Berupa bus gandeng

· Terdapat dua pintu masuk yang tidak seimbang dengan jumlah penumpangnya, sehingga menyebabkan desakan antar penumpang jika akan masuk busway

§ Terdapat tiga pintu masuk yang mana dapat mengurangi resiko desak-desakan antar penumpang yang akan memasuki busway

· Tinggi halte lebih rendah daripada tinggi bus

§ Tinggi halte sama dengan bus sehingga mempermudah untuk menaiki bus

· Busway berada pada sisi jalan

§ Bus transmileno berada di tengah-tengah jalan

Peningkatan kualitas dan kuantitas trotoar di Bogota menurut saya adalah sesuatu yang memang perlu diupayakan. Jika dari awal kota tersebut menerapkan sistem sustainable transportation, maka aspek pejalan kaki perlu diprioritaskan. Fasilitas yang mendukung untuk terwujudnya pengurangan pemakaian kendaraan bermotor dan beralih ke pejalan kaki, adalah tersedianya trotoar yang berkualitas. Trotar yang berkualitas adalah tersedianya fasilitas-fasilitas yang ada berupa bangku, lampu penerangan, dan pepohonan, serta kebersihan dari trotoar tidak hanya menjadi tanggung jawab para petugas kebersihan, melainkan tugas masyarakat bersama sebagai pengguna dari trotoar tersebut.

Adanya tradisi Cyclovia menurut saya merupakan salah satu upaya yang dapat dijadikan contoh bagi kota-kota besar dan memiliki jam yang padat. Dengan adanya tradisi Cyclovia, tidak hanya berdampak pada pengurangan polutan yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor, namun yang tidak kalah pentingnya ialah terciptanya kebersamaan dalam tradisi tersebut. Tradisi Cyclovia adalah tradisi dimana terdapat penutupan jalan arteri primer ditutup selama 7 jam dan jalan arteri primer ini dapat digunakan masyarakat untuk bersepeda, jogging, maupun hanya untuk berkumpul. Selain itu terdapat sistem Car-free day di mana dalam satu hari tersebut para pemilik kendaraan pribadi meninggalkan kendaraannya di rumah dan menggunakan kendaraan umum untuk berpergian. Car-free day sebenarnya telah diadaptasi pula oleh Indonesia, namun hal ini hanya berjalan di kota Jakarta, itupun hanya pada wilayah tertentu. Di Indonesia orang-orang memanfaatkan Car-free day mayoritas untuk bersepeda atau bersepatu roda yang umumnya dilakukan oleh anak-anak dan remaja.

DAFTAR PUSTAKA

Agiru, Dian. 2010. Jepang akan Bantu Kembangkan MRT di Indonesia, Online: http://www.jpnn.com/read/2010/10/12/74393/Jepang-akan-Bantu-Kembangkan-MRT-di-Indonesia-, diakses 18 Nobember 2010

Budi, dan Setiya Bambang. 2002. Analisa Parkir Mobil di UK Petra termasuk Model Bangkitan dan Tarikan. Jurusan Teknik Sipil – Universitas Kristen Petra, Surabaya

Informasi Wisata Singapura. 2010. Mass Rapid Transit. Online: http://singapura.gasibu.com/transportasi/mass-rapid-transit.html, diakses 18 November 2010

Morlock, Edward K. 1978. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Jakarta: Penerbit Erlangga

Munawar, Ahmad. 2007. Pengembangan Transportasi yang Berkelanjutan. Jogjakarta – Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Parikesit,Danang. 2010. Membangun Sistem Transportasi Berkelanjutan. Online: http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=629, diakses tanggal 16 November 2010

Pedoman Kriteria Transportasi Berkelanjutan. 2005

Penalosa, Enrique. 2002. Peran Transportasi dalam Kebijakan Perkembangan Perkotaan – Modul 1a. Germany: Gesellschaft fur Technische Zusammanarbeit (GTZ)

Soef, Mochamad. 2009. Pentingnya Peranan Transportasi Perkotaan dan Lingkungan. Online: http://soef47.wordpress.com/2009/11/01/pentingnya-peranan-transportasi-perkotaan-dan-lingkungan/, diakses tanggal 17 November 2010

Sukarto, Haryono. 2006. Transportasi Perkotaan dan Lingkungan. Jurusan Teknik Sipil - Universitas Pelita Harapan

Sukarto, Haryono. 2010. Pengembangan Transportasi Perkotaan. Online: http://id.shvoong.com/exact-sciences/engineering/1964116-pengembangan-transportasi-perkotan/, diakses tanggal 17 November 2010

Urban Enviromental Management. 1996. Sustainable Transportation. Online: http://www.gdrc.org/uem/sustran/sustran.html, diakses tanggal 16 November 2010

Read More…

0 komentar: